Prasasti Batutulis adalah sebuah prasasti peninggalan abad ke-16 dari jaman kerajaan Pajajaran yang letaknya di tepian Jalan Batutulis, persis di depan Istana Batutulis, Bogor. Prasasti Batutulis disimpan di dalam sebuah bangunan persegi empat berukuran sekitar 5 x 5 meter di atas tanah seluas 255 meter persegi.
Matahari sudah turun agak jauh ke barat ketika tiba di lokasi
Prasasti Batutulis Bogor, dan saya harus menunggu beberapa saat sebelum
penjaga situs, seorang perempuan lewat baya, datang membawa kunci gembok
dan membukakan pintu pagar.
Baca selengkapnya
Tidak ada kelambu penutup situs, tidak ada harum dupa atau kembang,
sehingga tidak ada kesan ‘wingit’ ketika masuk ke dalam ruangan dimana
situs Prasasti Batutulis Bogor berada, sebagaimana biasa dijumpai pada
situs yang dikeramatkan. Ini bisa dimengerti karena situs Prasasti
Batutulis ini berada dalam pengawasan Dinas Purbakala, sehingga pemujaan
kepada situs, jika pun ada, tidaklah kentara.
Seperti namanya, Prasasti Batutulis Bogor ditulis pada sebuah batu
Terasit, jenis batu yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Cisadane,
Bogor. Prasasti Batutulis Bogor ditulis dengan menggunakan huruf Sunda
Kawi (Pallawa) dan memakai bahasa Sanskerta.
Tulisan di atas batu prasasti itu berbunyi:
Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
diwastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
pun ya nu nyusuk na pakwan
diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
diwastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
pun ya nu nyusuk na pakwan
diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi
Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum
Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka “Panca Pandawa Mengemban Bumi”.
Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka “Panca Pandawa Mengemban Bumi”.
Hutan Samida yang disebut di dalam Prasasti Batutulis Bogor diduga
berada di tempat yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor. Sedangkan
sangkala “Panca Pandawa Mengemban Bumi” berarti 5541, jika dibalik
adalah 1455 Saka (1533 Masehi).
Prasasti Batutulis Bogor berdiri setinggi 151 cm, dengan lebar dasar 145 cm dan ketebalan antara 12-14 cm.
Di depan batu Prasasti Batutulis yang besar, terdapat sebuah tengara
Batu Tapak berukuran kecil dengan lekukan dua telapak kaki seukuran
orang dewasa yang diduga milik Prabu Surawisesa, Raja ke-2 dari Kerajaan
Pakuan Pajajaran yang memerintah saat Prasasti Batutulis Bogor dibuat,
dan sebuah batu berukuran lebih kecil lagi dengan lekukan lutut di
atasanya.
Batu Tapak serta lekukan lutut dilihat dari jarak dekat.
Penelitian terhadap tulisan pada Prasasti Batutulis Bogor mulai dilakukan sejak tahun 1806 dengan pembuatan cetakan tangan untuk Universitas Leiden, Belanda. Sedangkan upaya pembacaan prasasti pertama dilakukan oleh Friederich pada tahun 1853.
Penelitian terhadap tulisan pada Prasasti Batutulis Bogor mulai dilakukan sejak tahun 1806 dengan pembuatan cetakan tangan untuk Universitas Leiden, Belanda. Sedangkan upaya pembacaan prasasti pertama dilakukan oleh Friederich pada tahun 1853.
Di sebelah kiri Prasasti Batutulis Bogor, berdiri tegak sebuah lingga,
batu lonjong yang melambangkan kesuburan pria, setinggi Prasasti
Batutulis.
Catatan sejarah tentang Prasasti Batutulis pertama kali dibuat oleh
Scipio, yang melakukan ekspedisi ke daerah sekitar Bogor diantar oleh
penduduk Kedunghalang dan Parung Angsana. Scipio membuat laporan kepada
Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs yang ditulis pada 23 Desember 1687
dan menyebutkan bahwa puing istana Pajajaran, terutama tempat duduk
raja, dikerumuni dan dirawat oleh sejumlah besar harimau. Diduga dari
sinilah muncul mitos bahwa pasukan Pajajaran telah berganti wujud
menjadi harimau.
Sebuah tengara batu yang terletak agak terpisah di dalam ruangan, yang diduga digunakan sebagai tempat bersandar.
Dua buah batu mirip nisan yang tertancap di atas sebuah gundukan mirip
kuburan, dan berada halaman sebelah kiri Prasasti Batutulis, adalah batu
yang diduga sebagai tempat menambatkan tali kekang kuda.
Bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan Prasasti Batutulis Bogor.
Prasasti Batutulis Bogor ini merupakan salah satu petunjuk tentang
keberadaan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang berumur hampir satu abad
itu (97 tahun). Kerajaan Pakuan Pajajaran pertama kali diperintah oleh
Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), dan kemudian berturut-turut
diperintah oleh Prabu Surawisesa (1521 – 1535), Ratu Dewata (1535 –
1534), Ratu Sakti (1543 – 1551), Ratu Nilakendra (1551 – 1567), dan Raga
Mulya (1567 – 1579).
Prasasti Batutulis Bogor
Jl. Batutulis No.54, Kelurahan Batutulis,Bogor, Jawa Barat.
Peta Wisata Bogor
Tidak ada tiket masuk, namun dianjurkan untuk memberi sumbangan
kepada penjaga situs yang mendapat honor sekitar Rp.300.000 per bulan
dari Dinas Purbakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar